Selasa, 18 Februari 2014
Minggu, 16 Februari 2014
PELINDO III MODERNISASI DERMAGA KAPAL PESIAR
(Wed, 08 Jan 2014)
Surabaya PT Pelabuhan Indonesia III mulai mengembangkan sejumlah pelabuhan wisata untuk meningkatkan kapasitas pelayanan kapal pesiar.
Kepala Humas PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Edi Priyanto mengatakan beberapa pelabuhan itu yakni Benoa Bali, Tanjung Emas Semarang dan Tanjung Perak Surabaya.
Di Pelabuhan Benoa, menurutnya, pihaknya memperkuat dermaga selatan dan timur, pembangunan terminal penumpang domestik, pembangunan ponton untuk kapal pesiar kecil serta pengerukan dasar laut hingga kedalaman 12 meter.
Khusus Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan Pelabuhan Tanjung Perak, paparnya, pihaknya memperkuat fasilitas sarana untuk kapal penumpang.
Edi memaparkan kunjungan kapal pesiar dan wisatawan mancanegara melalui pelabuhan milik PT Pelindo III terus meningkat.
Bila pada 2010 kunjungan kapal pesiar hanya 57 unit, lanjutnya, pada 2011 menjadi 76 unit, dan 96 unit kapal pada 2012.
Kunjungan kapal pesiar sampai dengan semester pertama 2013 ini telah mencapai 60 unit, jelasnya dalam siaran pers.
Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung melalui pelabuhan milik Pelindo III juga meningkat. Pada 2010 jumlahnya hanya 28.255 orang, pada 2011 naik menjadi 46.351 orang dan pada 2012 menjadi 56.506 orang.
Wisatawan mancanegara via pelabuhan Pelindo III sampai semester pertama 2013 tercatat 50.622 orang, tambahnya.
Dari jumlah wisatawan itu, sambungnya, sebanyak 21.968 turis dengan menggunakan 23 unit kapal pesiar datang ke Pulau Bali melalui Pelabuhan Benoa.
Khusus wisatawan asing yang ke Pulau Lombok melalui Pelabuhan Lembar sebanyak 15.867 dengan menggunakan 16 kapal pesiar.
Adapun, kunjungan ke Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Pelabuhan Tanjung Emas sebanyak 8.755 turis dengan menggunakan 12 unit kapal pesiar.
Edi menyatakan pihaknya menyiapkan Pelabuhan Benoa Bali sebagai titik tolak wisata melalui jalur laut seiring dengan tren pengingkatan kunjungan wisatawan.
Turis mancanegara maupun domestik yang menikmati liburan ke Bali diharapkan naik kapal pesiar dari Pelabuhan Benoa lalu berkeliling perairan Indonesia mengunjungi beberapa objek wisata.
Menurutnya, konsep itu bisa mengatasi kecenderungan pelabuhan Indonesia hanya lokasi transit kapal pesiar dunia. Kapal pesiar tersebut rata-rata diberangkatkan dari Singapura dan Australia.
Kinerja Tanjung Perak
Selama Januari-September 2013, Edi memaparkan Pelabuhan Tanjung Perak hanya melayani sebanyak 10.087 unit kapal dengan berat 55.130.625 gross ton (GT).
Jumlah itu turun sekitar 7,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu tercatat 10.855 unit kapal dengan berat 53.030.198 GT. Dari 10.087 unit kapal yang melewati Tanjung Perak terdiri dari 3.521 unit kapal bermuatan kontainer dengan berat mencapai 27,96 juta GT, muatan umum (general cargo) 2.162 unit kapal dengan berat 8,32 juta GT.
Khusus kapal penumpang tercatat 910 unit setara dengan 6,89 juta GT, kapal tanker BBM sebanyak 461 unit dan sisanya kapal curah cair non BBM, serta kapal curah kering.
Edi menambahkan sebanyak 85% dari total kapal yang sandar di Tanjung Perak selama 9 bulan pertama tahun ini berbendera Indonesia, sedangkan sisanya sebanyak 1.522 unit kapal berbendera asing.
INVESTASI KAPAL CAPAI RP 14 TRILIUN
(Thu, 16 Jan 2014)
Nova A. Mugijanto, Ketua Bidang Penunjang Operasi Lepas Pantai national Ship Owners' Assosiation (INSA), mengatakan investasi itu berupa pengadaan offshore jenis anchor handling tug (AHT) dan anchor handling tug and supply (AHTS) sejak 2005 hingga Juni 2013.
Menurutnya pertumbuhan sejumlah kapal offshore untuk kedua jenis itu sangat signifikan setelah pemerintah menerapkan azas cabotage yang mengharuskan komo-ditas domestik diangkut kapal Indonesia. "Selain penerapan asas cabotage, kegiatan offshore juga semakin marak seperti kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas nasional," ujarnya, Selasa (8/10). Dalam kurun 8 tahun, paparnya, pertumbuhan kapal jenis AHT bebendera Merah Putih melesat hingga 1.400 % menjadi 45 unit per Juni 2013 dibanding dengan 2005 yang hanya tercatat tiga unit. Kapal jenis AHT merupakan armada yang dioperasikan untuk kegiatan towing atau menarik barge atau rig bahkan flatform lepas pantai di Indonesia.
Untuk kapal offshore jenis AHTS yang berbendera Indonesia hingga Juni berjumlah 87 unit dari sebelumnya pada 2005 belum ada satupun yang dimiliki olehoperator nasional. Kapal AHTS yakni kapal yang mendukung berbagai kebu-tuhan barge, rig atau plattform lepas pantai.
Secara terperinci, Nova menjelaskan nilai investasi kapal jenis AHT dalam rangka mendukung asas cabotage sejak 2005 hingga Juni 2013 mencapai US$252 juta ekuivalen Rp2,82 triliun, sementara investasi untuk kapal AHTS mencapai US$1,001 miliar atau sekitar Rp11,2 triliun. Menurutnya, operator kapal nasional yang tergabung dalam INSA juga tengah mengembangkan skema kemitraan bisnis dengan investor asing. Kerjasama itu melalui pembentukan perusa-haan patungan pengadaan kapal offshore sesuai dengan regulasi pelayaran nasional terkait penerapan asas cabotage.
MENJANJIKAN
Nova menambahkan prospek bisnis di sektor lepas pantai sangat menjanjikan yang sejalan dengan kebijakan asas cabotage, terlebih penggunaan kapal untuk kegiatan offshore juga masih banyak berbendera luar negeri. Persentase kapal asing yang beroperasi di sektor offshore dalam negeri tinggal 10%, sementara nasional telah menguasai 90%.
Namun Nova memaparkan kapal asing masih menguasai kontrak sewa kapal offshore. Pada tahun ini, katanya, INSA juga mengajak pelaku usaha nasional, terutama kontraktor kontruksi lepas pantai, pelaku usaha pengerukan bawah air untuk mensukseskan program cabotage atas kapal yang akan habis masa dispensinya.
Berdasarkan KM 48/2011 tentang Penerapan asas Cabotage Hulu Migas, pemerintah masih memberikan dispensasi pengoperasian kapal asing untuk kegiatan lepas pantai dan pengerjaan bawah air hingga akhir tahun ini. Selain itu, dispensasi penggunaan kapal asing untuk kegiatan survey migas juga berakhir pada Desember 2015.
Menghadapi itu semua, pelayaran nasional secara umum telah siap dari sisi pengadaan kapal, dan anggota INSA sangat membuka diri dan siap membangun kemitraan dan investasi bersama pelaku usaha di sector yang akan habis masa dispensinya, paparnya.
Sementara itu, Koordinator Indonesia Cabotage Advo-cation Forum (Incafo) Idris H. Sikumbang menilai pelaksaan asas cabotage tidak menjadi penghambat investor asing di sektor maritime.
Asas cabotage yang telah berjalan 8 tahun terakhir, secara dinamis mendorong pertumbuhan pelayaran nasional. Dia menegaskan asas Cabotage berdampak positif terhadap pertumbuhan sector lain, seperti industry galangan dan komponen pendukungnya, industry keuangan dan perpajakan. Dan yang paling penting, cabotage tidak membatasi investasi asing karena ada pola join venture dalam industry pelayaran maupun sektor terkait.
TEKAN BIAYA ANGKUTAN LAUT DENGAN SISTEM NUSANTARA PENDULUM
(Jakarta, 27/6/2012) Merespon banyaknya keluhan mahalnya biaya-biaya angkut logistik yang menyebabkan harga logistik jauh lebih mahal di daerah-daerah khususnya Indonesia Timur, maka Pemerintah akan membuat sistem yang dinamakan “Nusantara Pendulum” sebagai Indonesia International Gateway untuk memperkuat angkutan laut sehingga dapat memperbaiki angkutan domestik yang ada selama ini.
Menurut Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, Sistem Nusantara Pendulum tersebut nantinya akan menjadi satu servisis yang akan bergerak di enam pelabuhan utama yakni Jakarta, Batam, Surabaya, Makassar, Belawan, dan Sorong yang nantinya akan dibuatkan satu rute terjadwal dan lainnya mengikuti sepeti sub-sub sistem yang terintegrasi.
“Kami akan memperbaiki perekonomian di Indonesia terutama mereka yang melalui jalur laut, sehingga nanti angkutan barang bisa masuk dan keluar lebih efisien dan dapat menghemat biaya,” ujar Bambang usai menjadi pembicara pada “IBC Asia Welcome All Speakers and Delegates To Transport Infrastructure Indonesia 2012” di Jakarta, Rabu (27/6).
Dengan adanya nusantara pendulum ini menurut Bambang akan memperkecil kontak antara pemilik barang dan yang mengurusnya, sehingga tidak terjadi crowded dan dapat menekan biaya-biaya yang tidak diinginkan.
Bambang mengemukakan, nusantara pendulum merupakan konsep pengintegrasian angkutan laut dengan sebuah kapal utama yang akan bergerak dari Timur ke Barat dan sebaliknya dan akan diikuti oleh kapal-kapal sebagai feeder. selama ini antara Pelindo 1 hingga Pelindo 4 selaku operator pelabuhan memiliki harga dan tarif masing-masing. Ke depannya nanti akan diterapkan tarif yang sama.
Untuk mewujudkannya, ditambahkan Bambang, perlu dilakukan pembenahan dan pembangunan pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada agar bisa menjadi pelabuhan yang memadai dan dapat meningkatkan pelayanan dan sebentar lagi akan diluncurkan grand desainnya.
“Untuk perluasan pelabuhan Tanjungpriok sedikitnya dibutuhkan anggaran Rp20 triliun, Batam Rp10 triliun, dan pembangunan pelabuhan Sorong Rp10 triliun, jadi ada sekitar Rp40 triliun yang dibutuhkan untuk infrastruktur pelabuhan,” urai Bambang.
Dengan adanya nusantara pendulum, maka nantinya akan dapat menghemat pengeluaran hingga 1/3 dari biaya yang selama ini dikeluarkan dan diharapkan mampu menghemat biaya hingga ½ dari pengeluaran saat ini. (CHAN)
Menurut Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, Sistem Nusantara Pendulum tersebut nantinya akan menjadi satu servisis yang akan bergerak di enam pelabuhan utama yakni Jakarta, Batam, Surabaya, Makassar, Belawan, dan Sorong yang nantinya akan dibuatkan satu rute terjadwal dan lainnya mengikuti sepeti sub-sub sistem yang terintegrasi.
“Kami akan memperbaiki perekonomian di Indonesia terutama mereka yang melalui jalur laut, sehingga nanti angkutan barang bisa masuk dan keluar lebih efisien dan dapat menghemat biaya,” ujar Bambang usai menjadi pembicara pada “IBC Asia Welcome All Speakers and Delegates To Transport Infrastructure Indonesia 2012” di Jakarta, Rabu (27/6).
Dengan adanya nusantara pendulum ini menurut Bambang akan memperkecil kontak antara pemilik barang dan yang mengurusnya, sehingga tidak terjadi crowded dan dapat menekan biaya-biaya yang tidak diinginkan.
Bambang mengemukakan, nusantara pendulum merupakan konsep pengintegrasian angkutan laut dengan sebuah kapal utama yang akan bergerak dari Timur ke Barat dan sebaliknya dan akan diikuti oleh kapal-kapal sebagai feeder. selama ini antara Pelindo 1 hingga Pelindo 4 selaku operator pelabuhan memiliki harga dan tarif masing-masing. Ke depannya nanti akan diterapkan tarif yang sama.
Untuk mewujudkannya, ditambahkan Bambang, perlu dilakukan pembenahan dan pembangunan pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada agar bisa menjadi pelabuhan yang memadai dan dapat meningkatkan pelayanan dan sebentar lagi akan diluncurkan grand desainnya.
“Untuk perluasan pelabuhan Tanjungpriok sedikitnya dibutuhkan anggaran Rp20 triliun, Batam Rp10 triliun, dan pembangunan pelabuhan Sorong Rp10 triliun, jadi ada sekitar Rp40 triliun yang dibutuhkan untuk infrastruktur pelabuhan,” urai Bambang.
Dengan adanya nusantara pendulum, maka nantinya akan dapat menghemat pengeluaran hingga 1/3 dari biaya yang selama ini dikeluarkan dan diharapkan mampu menghemat biaya hingga ½ dari pengeluaran saat ini. (CHAN)
Selasa, 11 Februari 2014
Apel Pagi KSOP Lembar Untuk meningkatkan Kedisiplinan Pegawai
Apel Pagi yang dilaksanakan setiap Minggu bertujuan meningkatkan kedisiplinan pegawai dan sebagai sarana untuk bertukar informasi.
Langganan:
Postingan (Atom)